12. GURU
DAN SISYA
Didalam lp.10 hingga akhir,
Cilakrama menyebut mengenai sifat-sifat mulia dan kesempurnaan rohani seorang
Wiku yang sewajarnya dipergunakan sebagai Guru menuntun kerohanian yang jiwanya
suci dan ahli didalam isi Weda maupun didalam berbagai Sastra. Telah menjadi
kebiasaan di India hingga saat ini seorang siswa kerohanian (sisya) yang haus
akan ajaran suci kerohanian dengan tujuan untuk mencapai Dharma yang memberi
Swarga dan penjelmaan yang sempurna dan untuk mencapai Moksa sebagai tujuan hidup yang tertinggi
(sumsum Bonum), pergi ke tempat-tempat suci untuk mendapat Guru yang berohani
tinggi dan ahli didalam berbagai-b`gai ilmu kerohanian. Demikian juga Cilakrama
menyarankan kepada orang-orang yang hendak menuntun hidup kerohanian untuk mencari
Wiku yang tinggi kerohaniannya dan mahir didalam berbagai-bagai ajaran Sastra
untuk dijadikan Guru pembimbingnya. Selain dari pada itu
Cilakrama menyebutkan juga, bahwa seorang Guru harus cukup sempurna dan
mempunyai daya memimpin yang besar. Seorang Guru harus tiada segan-segan
menasehati dan menuntun Sisyanya, agar Sisyanya itu taat melaksanakan
aturan-aturan hidup suci sebagai Wiku, karena bila mereka menyalahgunakan
kedudukannya sebagai Wiku, maka Guru itupun akan turut terlibat dosa dan jatuh
kedalam neraka.
Selengkapnya: