Entri Populer

Minggu, 26 Agustus 2012

DHARMA ATAU AGAMA “AGAMA ATAU DHARMA SEBAGAI PENDIDIKAN DAN AJARAN KESUSILAAN YANG TINGGI”


5. DHARMA ATAU AGAMA
“AGAMA ATAU DHARMA SEBAGAI PENDIDIKAN DAN AJARAN KESUSILAAN YANG TINGGI”

            Agama membimbing manusia untuk mencapai kebahagiaan dan kesempurnaan, oleh karena itu ajaran sucinya cenderung kepada pendidikan sila dan budi pekerti manusia dan bukan berakal dan berilmu  pengetahuan yang banyak. Agama berusaha membina umatnya untuk menjadi manusia  susila dan bukan menjadi sarjana yang cerdik tetapi curang dan munafik. Kebahagiaan akhirat dan kebahagiaan dalam penjelmaan yang akan datang, ketentraman bathin dan kebebasan roh dari penjelmaan, kesucian menemui Tuhan bukan bagi sarjana yang munafik dan manusia yang cerdik tetapi curang, melainkan hanya untuk manusia susila dan budiman yang mempergunakan Dharma sebagai pedoman hidup. Tiada sarjana, tiada cerdik cendikiawan, tiada bangsawan, tidak hartawan yang dinilai oleh Agama untuk mendapat berkat kebahagiaan akhirat berupa Swarga dan kebahagiaan hidup dalam penjelmaan yang akan datang (Swarga Cyuta), ketentraman bathin dan kebebasan roh dari penjelmaan kesucian (Moksa atau Mukti), tetapi laksana dan budi pekerti luhur. Walaupun tidak terpelajar, tidak bangsawan, miskin harta, bila kaya akan laksana dan budi luhur, pintu Swarga dan Moksa akan terbuka. Dengan memperhatikan tujuan Agama atau Dharma itu, jelas kiranya bahwa Agama dan kerohanian adalah pendidikan kesusilaan dan budi pekerti yang tinggi, sebagai ajaran dan budi pekerti yang berdasar perikemanusiaan biasa. Hanya bedanya, ajaran budi pekerti dan kesusilaan yang berdasarkan perikemanusiaan biasa menyebutkan bahwa perbuatann yang baik dan budi yang luhur tidak akan merugikan diri, keluarga, masyarakat dan sesama manusia, makluk dan sebagainya, dan perbuatan atau budi jahat akan membewa malapetaka terhadap diri, keluarga, masyarakat dan sesamanya dan akan dituntut dalam pengadilan, kalau diketahui oleh alat-alat negara. Sedangkan ajaran kerohanian Agama atau Dharma mengatakan, bahwa baik buruk budi dan perbuatan itu tidak hanya membawa kebahagiaan atau malapetaka terhadap diri dan sesamanya saja, tetapi yang penting ialah baik buruk budi dan perbuatan atau Karma itu akan memberi pahala atau pahala berupa kebahagiaan dan penderitaan atau hukuman berdasarkan hukum keadilan Tuhan yang datangnya secara perlahan-lahan dalam hidup sekarang dan akan menjelang pula diakhirat (Swarga dan Naraka). Kemudian kebahagiaan atau hukuman berupa penderitaan atau malapetaka akibat dari amal dosa perbuatan Çubha-Açubha Karma itu, akan dialami lagi didalam penjelmaan yang akan datang setelah roh atau Atma bersenyawa lagi dengan jasmani. (Swarga-Neraka Cyuta). Di dalam Çastra tersebut juga, bahwa Prati Çantana atau keturunan pun akan menerima akibat amal-dosa (Karma) itu. Selain dari itu, budi yang luhur dan laksana yang mulia, adalah jalan utama untuk mencapai kebahagiaan abadi yang bebas dari ikatan duniawi, (sukha tanpawali dukha), dan kebebasan roh dari penjelmaan menunggal dengan Tuhan yang disebut Moksa atau Mukti itu. Disamping itu budi pekerti biasa hanya dapat memberi budi pekerti yang luhur atau prikemanusiaan, sedangkan ajaran budi pekerti yang luhur prikemanusiaan dan sebagainya menuntun seseorang untuk mencapai kesucian dan menjadi orang suci yang dapat menemui atau mengalami wujud Tuhan yang maha gaib.

Selengkapnya:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar